Press ESC to close

Valuasi dan Harga Wajar Saham BBYB

Bank Neo Commerce (BBYB) adalah bank yang awalnya berdiri dengan nama Bank Yudha Bhakti, lama dikenal sebagai bank dengan pemegang saham utama dari Gozco Group. Ruang Belajar Investasi akan mencoba untuk analisa fundamental dan harga wajar saham BBYB. Perusahaan ini memiliki posisi berubah drastis ketika pada tahun 2019 PT Akulaku Silvrr Indonesia resmi masuk sebagai pemegang saham dengan porsi awal sekitar 8,9% melalui rights issue. Kehadiran Akulaku bukan sekadar investor, tetapi juga membawa visi transformasi BBYB menjadi bank digital. Dalam perjalanan berikutnya, Akulaku menambah porsi kepemilikannya hingga di atas 30% sehingga berstatus sebagai pemegang saham pengendali, sementara Gozco terdilusi hingga kini hanya memegang sekitar 8%.

Sejak 2020, nama bank berubah menjadi Bank Neo Commerce (BNC) sebagai simbol transformasi ke arah digital banking. Aplikasi Neo+ menjadi kanal utama untuk menjangkau nasabah ritel dengan penawaran bunga deposito kompetitif dan layanan digital yang terintegrasi. Dengan dukungan ekosistem Akulaku (e-commerce, multifinance, paylater), BBYB menargetkan posisi yang kuat di segmen perbankan digital.

Kinerja Keuangan BBYB

Ruang Belajar Investasi mencatat bahwa perbaikan laba di 2025 terutama didorong oleh penurunan beban CKPN, bukan lonjakan pendapatan bunga. Hal ini positif untuk jangka pendek, namun berisiko jika tidak diikuti pertumbuhan pendapatan inti. Pada FY 2024, laba bersih masih sangat tipis karena bank harus menanggung beban CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai) yang besar, mencapai Rp 635 miliar. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas aset dan memastikan NPL neto tetap rendah. Rasio CKPN terhadap NPL bruto mencapai 186%, jauh lebih tinggi dibanding bank seukurannya, sehingga bisa dikatakan BBYB menerapkan strategi konservatif.

Memasuki Q1 2025, terlihat perbaikan signifikan. Beban CKPN hanya Rp 352 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Dampaknya, laba bersih melonjak menjadi Rp 138 miliar dalam satu kuartal, meskipun pendapatan bunga bersih (NII) tercatat menurun 12% yoy. Pada Q2 2025, tren positif berlanjut dengan laba bersih menembus Rp 276 miliar semester I, ditopang normalisasi pencadangan dan pengendalian biaya. Ekuitas naik ke Rp 3,89 triliun, sementara rasio NPL neto tetap terjaga di sekitar 1%.

Singkatnya, lonjakan laba 2025 bukan semata hasil ekspansi bisnis inti, melainkan terutama karena penurunan beban CKPN. Hal ini positif untuk jangka pendek, namun ke depannya keberlanjutan profitabilitas tetap bergantung pada pertumbuhan NII dan diversifikasi fee based income.

Prospek Industri Perbankan Digital

Perbankan digital di Indonesia masih berada pada tahap pertumbuhan awal dengan potensi pasar yang sangat besar. Tingkat inklusi keuangan meningkat, penetrasi smartphone tinggi, dan kebiasaan masyarakat beralih ke layanan digital menjadi faktor pendorong. Dalam konteks ini, BBYB memiliki peluang untuk memanfaatkan ekosistem Akulaku sebagai sumber pertumbuhan nasabah dan kredit.

Namun, tantangannya tidak kecil. Persaingan dengan bank digital lain seperti Bank Jago (ARTO), SeaBank, dan Allo Bank sangat ketat. Bank-bank tersebut didukung modal kuat dari grup teknologi besar. Selain itu, sumber dana BBYB masih relatif mahal karena sangat bergantung pada deposito berjangka dengan bunga tinggi untuk menarik nasabah. Jika tidak segera beralih ke funding berbasis CASA (giro dan tabungan murah), margin bunga bersih (NIM) bisa terus tertekan.

Dengan demikian, prospek BBYB akan sangat ditentukan oleh kemampuannya menjaga kualitas aset sambil meningkatkan pendapatan bunga dan fee based income secara konsisten.

Valuasi Saham BBYB

Ada beberapa metode yang digunakan oleh saya untuk menghitung valuasi berdasarkan kinerja dan asumsi dasar, berikut valuasinya:

Asumsi Dasar

Per Juni 2025, BBYB memiliki ekuitas sekitar Rp 3,89 triliun dengan jumlah saham beredar ±12 miliar lembar. Laba 2025 (konservatif) diperkirakan mencapai Rp 637 miliar. Dengan harga saham saat ini Rp 318/lembar, valuasi relatif rendah dibanding potensi pertumbuhan jika laba bisa stabil.

Simulasi Valuasi

MetodeMultipleEstimasi Harga Wajar (Rp/saham)
PER konservatif6x318
PER konservatif8x425
PBV konservatif1,5x486
PBV konservatif2,0x648

Simulasi ini menunjukkan bahwa harga pasar Rp 318 saat ini sudah setara dengan skenario paling konservatif (PER 6×). Jika pasar memberi valuasi lebih tinggi, misalnya PER 8× atau PBV 2×, harga wajar saham bisa berada di kisaran Rp 425-648.

Analisis Upside dan Downside

Dengan harga pasar Rp 318, investor sebenarnya sudah membeli BBYB pada valuasi murah. Jika kinerja laba stabil di Rp 600-700 miliar, valuasi wajar di Rp 425-650 menjadi masuk akal. Itu artinya ada potensi kenaikan 34%-104% dari harga saat ini.

Sementara dari sisi downside, risikonya relatif terbatas karena harga sekarang sudah merefleksikan valuasi konservatif. Meski demikian, jika ada lonjakan NPL dan bank harus kembali menanggung beban CKPN besar seperti 2024, laba bisa tertekan dan harga saham bisa sulit bergerak naik.

Risiko dan Tantangan

Ada beberapa faktor risiko yang perlu dicermati:

  1. Pendapatan bunga stagnan: meski laba naik, NII justru menurun. Jika tren ini berlanjut, profitabilitas tidak berkelanjutan.
  2. Kualitas aset: meskipun NPL neto rendah, jika kondisi makro memburuk, bank bisa kembali menaikkan CKPN.
  3. Kompetisi bank digital: pesaing dengan modal kuat bisa merebut pangsa pasar.
  4. Rencana divestasi Akulaku: pengendali dikabarkan akan menurunkan porsi kepemilikannya, yang bisa menekan harga saham di pasar.

Kesimpulan

BBYB adalah bank digital yang sedang dalam fase normalisasi pasca pencadangan besar di 2024. Tahun 2025 menandai lonjakan laba karena CKPN menurun, meski pendapatan inti belum tumbuh signifikan. Dengan harga pasar saat ini Rp 318, saham BBYB diperdagangkan pada valuasi konservatif setara PER 6×, yang berarti potensi downside kecil dan upside besar jika fundamental terus membaik.

Kisaran harga wajar konservatif Rp 400-650 memberi potensi kenaikan 34%-104%. Karena itu, untuk investor dengan profil risiko agresif hingga moderat, BBYB layak dipertimbangkan sebagai speculative buy, dengan catatan perlu memantau kualitas kredit dan strategi peningkatan pendapatan bunga.

Selain itu, saya juga telah membuat analisa valuasi untuk saham jpfa, dan bbri. Bisa jadi untuk ide investasi kamu selanjutnya, harapannya analisa kamu bisa lebih tajam.

Disclaimer: Artikel ini dibuat bukan untuk ajakan menjual atau membeli saham, melainkan hanya untuk edukasi. Keputusan jual dan beli di dasari oleh pembaca.

Essa Faizal

Telah berpengalaman 7 tahun di pasar modal dan juga memiliki latar belakang sebagai Engineer tetapi menyukai bidang keuangan dan marketing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *