
Harga wajar saham BBNI menjadi topik penting bagi para investor yang ingin menilai apakah saham bank pelat merah ini layak dikoleksi saat ini. Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) adalah salah satu saham perbankan papan atas di Indonesia.
Di tengah fluktuasi pasar dan ketatnya persaingan sektor keuangan, banyak investor mempertanyakan apakah harga saham BBNI saat ini masih tergolong murah alias undervalued.
Tentu saja analisa ini berdasarkan laporan keuangan resmi dari BBNI, baik dari situs perusahaan maupun dari situs IDX untuk BBNI.
Ruang Belajar Investasi akan membahas secara menyeluruh nilai wajar saham BBNI menggunakan metode valuasi yang relevan untuk industri perbankan: PER, PBV, ROE vs PBV, Gordon Growth Model, dan perbandingan dengan valuasi historis.
Profil Singkat BBNI
BBNI merupakan bank milik negara dengan cakupan layanan yang luas, mulai dari segmen ritel hingga korporasi. Kinerja fundamental BBNI dalam beberapa tahun terakhir terus menunjukkan perbaikan.
Pada 2024 (data TTM), laba bersih tercatat sebesar Rp21,464 miliar, meningkat dari Rp20,909 miliar pada 2023. Ekuitas perseroan juga tumbuh konsisten dari Rp140,198 miliar (2022) menjadi Rp167,187 miliar (2024).
Ini menunjukkan penguatan fundamental dari sisi profitabilitas dan permodalan.
Metode Valuasi Untuk Menghitung Harga Wajar Saham BBNI
Kali ini Ruang Belajar Investasi menggunakan 5 metode untuk menentukan harga wajar saham BBNI. Pendekatan ini sangat simpel karena saya sendiri sangat suka menggunakan metode ini karena mudah dan cepat.
1. PER (Price to Earnings Ratio)
PER mengukur berapa kali harga saham dibandingkan dengan laba bersih per saham (EPS). Semakin rendah PER, secara teori semakin murah valuasi sahamnya. Asalkan laba tersebut stabil dan berkualitas.
PER = Harga Saham / EPS
Hasil untuk BBNI:
- EPS = Rp580 (Laba bersih Rp21,464 miliar ÷ 37 miliar lembar)
- Harga saham = Rp4.420
- PER = 7,62x
Analisis:
PER 7,6x ini termasuk rendah dibanding rata-rata sektor perbankan BUKU IV di Indonesia (biasanya 10–14x). Ini bisa mengindikasikan saham BBNI masih undervalued, dengan asumsi laba bersihnya berkelanjutan dan tidak ada masalah fundamental.
2. PBV (Price to Book Value)
PBV membandingkan harga saham dengan nilai buku (ekuitas per saham). Untuk bank, PBV adalah indikator utama, karena bisnis bank sangat bergantung pada kekuatan modal dan manajemen risiko.
PBV = Harga Saham / Book Value per Share (BVPS)
Hasil untuk BBNI:
- BVPS = Rp4.519 (Rp167.187 miliar ÷ 37 miliar lembar)
- Harga saham = Rp4.420
- PBV = 0,98x
Analisis:
PBV di bawah 1x berarti pasar menghargai BBNI lebih rendah dari nilai bukunya sendiri, padahal ROE-nya masih bagus (lihat poin 3). Ini indikasi undervalued, selama kualitas aset dan manajemen terjaga.
3. ROE vs PBV
ROE (Return on Equity) menunjukkan seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba dari modal yang dimiliki. Dipasangkan dengan PBV, bisa memberi insight apakah valuasi saat ini masuk akal.
ROE = Laba Bersih / Ekuitas
Hasil untuk BBNI:
- ROE = 12,84%
- PBV = 0,98x
Analisis:
PBV mendekati 1x dengan ROE hampir 13% adalah kombinasi menarik. Dalam bank besar, ROE > 12% sudah dianggap baik. Dengan PBV di bawah 1x, pasar belum memberi premi atas efisiensi tersebut, yang bisa jadi peluang bagi investor.
4. Gordon Growth Model (GGM / Dividend Discount Model)
Digunakan jika perusahaan konsisten membagikan dividen. GGM menghitung harga wajar berdasarkan dividen yang akan datang dan proyeksi pertumbuhannya.
Harga Wajar = D1 / (r – g)
Di mana:
- D1 = dividen tahun depan
- r = cost of equity (asumsi 13%)
- g = pertumbuhan dividen tahunan
Hasil untuk BBNI:
- Dividen naik dari Rp280 → Rp374 → pertumbuhan g ≈ 33.57%
- Dengan asumsi konservatif: g > r (13%) → model jadi tidak valid
- Hasil = harga negatif (Rp2.428) → tanda perhitungan tidak layak dengan asumsi ini
Analisis:
GGM tidak bisa digunakan valid dalam kasus ini karena pertumbuhan dividen terlalu tinggi (di luar batas logis model). Untuk dipakai, kamu harus asumsikan pertumbuhan yang lebih konservatif, misal 6-8% agar realistis.
5. Valuasi Berdasarkan Rata-Rata Historis PER & PBV
Metode ini menggunakan rata-rata valuasi historis sektor (misalnya PER 12x dan PBV 1,2x) untuk memperkirakan harga wajar berdasarkan EPS dan BVPS BBNI saat ini.
Hasil untuk BBNI:
- EPS = Rp580
- BVPS = Rp4.519
- Harga wajar berdasarkan PER = Rp6.961
- Harga wajar berdasarkan PBV = Rp5.423
Analisis:
Dengan harga pasar saat ini Rp4.420:
- Diskon terhadap PER historis = ±36%
- Diskon terhadap PBV historis = ±18%
- Ini memperkuat sinyal bahwa saham BBNI masih berada di bawah nilai wajarnya berdasarkan histori.
Kesimpulan Umum dari Semua Metode:
- Semua valuasi fundamental menunjukkan saham BBNI undervalued.
- PER dan PBV jauh di bawah rerata sektor, padahal ROE masih sehat.
- GGM tidak valid karena lonjakan dividen terlalu tajam, tapi secara konservatif harga wajar masih lebih tinggi dari pasar.
- Harga wajar konservatif Rp5.400-Rp7.000, tergantung asumsi dan metode.
Risiko dan Katalis Harga
Adapun beberapa risiko dan katalis untuk menentukan performa fundamental perusahaan BBNI. Hal ini cukup penting karena kita harus kawal apakah perusahaan masih berjalan sesuai dengan rencana atau tidak.
Risiko utama
- Kenaikan suku bunga BI dapat menekan margin bunga bersih (NIM)
- Potensi peningkatan NPL (Non-Performing Loan)
- Ketatnya kompetisi antar bank besar dan digital bank
Katalis positif
- Pertumbuhan kredit yang sehat dan terkontrol
- Penurunan rasio NPL dan efisiensi biaya operasional
- Digitalisasi layanan yang meningkatkan pendapatan berbasis fee
Harga Wajar Saham BBNI Menurut Sekuritas dan Analis
Setelah kita coba hitung harga wajar saham BBNI, sebaiknya kita bandingkan dengan para analis dan sekuritas. Untuk meyakinkan kamu sebagai investor bahwa analisa kita cukup akurat. Akan tetapi ini hanya sebagai referensi saja, kamu harus tetap hitung sendiri.

Tanggal | Institusi | Rekomendasi | Target Harga | Potensi (%) |
2025/05/23 | Mandiri Sekuritas | buy | 5500 | 24.43% |
2025/05/22 | Macquarie | outperform | 5300 | 19.91% |
2025/05/21 | PT Verdana Sekuritas Indonesia | buy | 6250 | 41.40% |
2025/05/21 | PT Ina Sekuritas Indonesia | buy | 5600 | 26.70% |
2025/05/09 | UOB KayHian (Equity) | buy | 5200 | 17.60% |
2025/05/08 | Autonomous Research | underperform | 3800 | -14.03% |
2025/05/07 | Maybank Investment Banking Group | buy | 6100 | 38.01% |
2025/05/06 | DBS Bank | hold | 4300 | -2.71% |
2025/05/05 | MNC Securities | buy | 5400 | 22.17% |
2025/05/03 | Trimegah Securities | buy | 5800 | 31.22% |
2025/04/30 | Yuanta Investment Consulting | buy | 5700 | 28.96% |
2025/04/30 | OCBC Sekuritas | buy | 5300 | 19.91% |
2025/04/29 | PT BRI DANAREKSA SEKURITAS | buy | 5100 | 15.38% |
2025/04/29 | PT Phintraco Sekuritas | buy | 5325 | 20.48% |
2025/04/29 | PT. Sinarmas Sekuritas | None | 4700 | 6.34% |
2025/04/29 | RHB Research | buy | 4770 | 7.91% |
2025/04/28 | Bahana Securities | buy | 5825 | 31.79% |
2025/04/28 | CGS International | None | 5600 | 26.70% |
2025/04/28 | CLSA | buy | 5700 | 28.96% |
Kesimpulan
Valuasi BBNI saat ini berdasarkan data menunjukkan bahwa sahamnya belum dihargai sesuai performa fundamentalnya. PER dan PBV berada di bawah rerata sektor, meskipun ROE tetap tinggi. Metode valuasi historis menunjukkan harga wajar di kisaran Rp5.400-Rp7.000, sementara harga pasar masih di Rp4.420.
Saya sendiri juga setuju dengan berbagai analis karena memang harga saham BBNI saat ini sangatlah murah.
Selama fundamental tetap kuat dan tidak ada lonjakan signifikan dalam NPL atau penurunan laba, saham BBNI adalah kandidat ideal untuk akumulasi bertahap bagi investor yang mengejar kombinasi dividen, valuasi murah, dan potensi apresiasi. Kamu bisa kunjungi analisa fundamental perbankan yang lain seperti saham BBRI.
Catatan: Artikel ini hanya sebagai bahan belajar dan edukasi dalam analisa saham, bukan sebagai ajakan membeli atau menjual. Keputusan jual beli tetap ditangan investor.
Referensi
- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Laporan Keuangan dan Kinerja Keuangan. Diakses 8 Juni 2025, dari https://www.bni.co.id/id-id/investor/laporan-keuangan.
- Indonesia Stock Exchange (IDX). Pengumuman Resmi: Laporan Emiten dari E-Reporting. Januari 2024. Diakses 8 Juni 2025, dari https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/202401/b2e102f9ee_dadc66e549.pdf.
Tinggalkan Balasan