
PER menjadi salah satu indikator favorit untuk para investor tradisional. Memahami PER Saham dalam fundamental perusahaan adalah salah satu langkah penting untuk mengurangi risiko dan mencari potensi keuntungan.
PER menjadi indikator yang paling mudah untuk dipelajari, karena saat ini sudah banyak aplikasi yang menyediakan indikator PER. Namun perlu diketahui nilai PER pada perusahaan di setiap aplikasi memiliki nilai yang berbeda.
Oleh sebab investor perlu berhati-hati dalam menggunakan, dan lebih baik untuk menghitung kembali.
Pada artikel ini kita akan membahas PER lebih lengkap, cara menghitungnya, kelebihan dan kekurangan PER, hingga tips dan study case dalam penggunaan PER di setiap perusahaan.
Apa itu PER dalam Saham?
PER atau Price Earnings Ratio adalah indikator fundamental yang menunjukan seberapa mahal besar seorang investor untuk membeli setiap unit laba bersih perusahaan. Rumus dari PER adalah:
PER = Harga Saham / EPS (Earnings per Share)
Loh kok ada istilah lagi, EPS sendiri adalah laba bersih sebuah perusahaan yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Contoh, jika sebuah saham dihargai Rp2.000 dengan nilai EPS 100, maka nilai PER-nya menjadi 20. Maka dengan data diatas berarti investor bersedia membayar Rp 20 untuk setiap Rp1 laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan.
Kalau kamu mencari nilai PER dengan lebih cepat, kamu bisa cek di aplikasi seperti IDX Mobile, RTI Business, Stockbit, dan Aplikasi favorit kamu. PER dapat memberikan sebuah gambaran mengenai valuasi perusahaan dalam konteks laba yang dihasilkan.
Mengapa PER Penting dalam Investasi Saham ?
Dengan indikator PER dapat membantu menilai apakah harga saham suatu perusahaan sudah terlalu mahal (overvalued) atau terlalu murah (undervalued) dibandingkan dengan laba bersihnya. Maka investor dapat menunggu harga saham turun terlebih dahulu sehingga mendapatkan PER yang lebih murah.
Selain itu, dengan PER kamu bisa membandingkan valuasi saham dalam industri yang sama. Contoh, pada sektor industri konstruksi memiliki rata-rata PER 6 kali dalam 5 tahun terakhir. Sehingga kamu bisa ambil sedikit kesimpulan, apabila PER pada perusahaan tersebut memiliki PER 8, maka valuasi perusahaan tersebut sedikit lebih mahal (overvalued) karena PER tersebut lebih besar dari PER rata-rata.

PER cocok untuk menyaring beberapa perusahaan terlebih dahulu sebelum kamu analisa lebih dalam. Biasanya investor menggunakan strategi value investing yaitu mencari saham dengan PER rendah dan perkiraan pertumbuhan yang signifikan. Sehingga saham seperti ini memiliki potensi pertumbuhan yang sangat baik.

Namun, jangan hanya melihat indikator PER saja yang diperhatikan. Ada berbagai indikator fundamental lainnya seperti PBV, DER, ROE, EPS dan lain-lain. Serta lihat juga faktor ekonomi ekonomi makro dan sektor industri, kamu bisa cek artikel top down analysis untuk strategi lebih detail mengenai faktor ekonomi makro.
Cara Menghitung dan Menggunakan PER Saham
Rumus PER adalah:
PER = Harga Saham / EPS
Menurut data di IDX Mobile, saat ini harga saham BBRI adalah Rp 4310 dengan nilai EPS 302 maka dengan data tersebut kita bisa hitung nilai PER menjadi
PER = 4310 / 302 = 14,2

Cara Menggunakannya
Apabila PER rendah, menunjukan saham dibawah harga wajar, akan tetapi bisa jadi salah satu faktor perusahaan tersebut sedang bermasalah. Namun, apabila PER tinggi menunjukan saham overvalued, sehingga investor memiliki ekspektasi pertumbuhan pendapatan dan laba tinggi.

Kelebihan dan Kekurangan PER
Adapun kelebihan dan kekurangan indikator PER dalam berinvestasi:
Kelebihan:
- Mudah dipahami, rumus dan konsep berpikir yang sederhana sehingga cocok untuk investor pemula yang baru terjun dunia pasar modal.
- Screening menjadi lebih mudah, dengan aplikasi kamu bisa menyaring perusahaan-perusahaan mana saja yang memiliki PER rendah.
Kekurangan:
- PER mencerminkan kondisi perusahaan saat, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai pertimbangan pertumbuhan masa depan.
- Tidak berlaku untuk perusahaan yang merugi karena juga akan menghasilkan PER yang negatif.
- Memiliki PER rata-rata yang berbeda untuk setiap industri sehingga kurang cocok apabila investor membanding satu sektor dengan sektor yang lain.

Tips Menggunakan PER secara Efektif
Bandingkan PER perusahaan dengan rata-rata di sektor industri yang sama. Seperti PER pada saham PTBA kamu bisa bandingkan juga dengan PER saham ADRO karena sama-sama usaha bergerak di bidang pertambangan batu bara.
Selain itu kamu bisa juga cek tren PER historis perusahaan, kalau saya pribadi biasa menggunakan aplikasi Stockbit untuk melihat tren PER perusahaan. Akan tetapi ini hanya dijadikan referensi. Saya sendiri kurang percaya dengan aplikasi Stockbit.
Kombinasikan juga indikator analisis fundamental yang lain, seperti PBV (Price to Book Value), atau ROE (Return on Equity) untuk terhindar dari perusahaan yang memiliki fundamental yang palsu.
Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Menggunakan PER
Nilai PER juga mencerminkan nilai dari EPS. Apabila perusahaan memiliki nilai EPS yang tidak stabil, tidak konsisten dan cenderung manipulatif menjadikan nilai PER tidak benar dan tidak akurat.
Membandingkan antar sektor juga menjadikan indikator PER menjadi sangat bias. Tentu saja saham-saham teknologi biasanya akan dihargai lebih mahal dibandingkan saham-saham tradisional. Saham teknologi biasanya menggunakan metode future value sebagai acuan dalam berinvestasi
Tentu saja apabila kamu mengabaikan faktor eksternal seperti inflasi dan suku bunga menjadikan nilai PER kurang relevan.
Saya pribadi lebih sering menggunakan PER sebagai alat screening saja bukan sebagai acuan nilai beli dan nilai jual. PER bisa saya wajarkan menjadi mahal apabila memiliki growth yang wajar dari tahun ke tahun.
Kesimpulan
Menggunakan indikator PER lebih cocok sebagai screening awal dalam pemilihan saham. Dengan menggunakan PER lebih rendah menjadikan kita lebih mudah mencari saham-saham undervalued. Kombinasikan dengan indikator lain, agar analisis kita lebih dalam. Tidak hanya laporan keuangan saja yang dijadikan acuan akan tetapi situasi kondisi dan tren juga sangat berpengaruh pada pergerakan harga saham.
Carilah perusahaan yang memiliki PER yang di bawah PER rata-rata dan ketika kamu masuk di momentum yang tepat, disitulah kamu memiliki potensi kenaikan yang signifikan.
Semoga dengan artikel ini membuat kamu lebih cuan dan lebih mengerti dari analisa fundamental.
Tinggalkan Balasan